TENTANG KITA DAN QUOTE PINJAMAN (Sebuah Catatan Sederhana)

         Beberapa menit sebelum menulis ini, saya terkejut membaca sebuah postingan di akun facebook seseorang soal penulis terkenal bernama Tere Liye. Saya kira banyak orang tidak asing dengan nama ini karena tulisannya (bagi banyak kalangan – saya sendiri baru membaca satu bukunya berjudul “Tentang Kamu” dan saya menemukan tidak banyak hal istimewa di dalamnya karena seakan saya digiring untuk mengikuti alur seperti yang biasa dipakai oleh Sidney Sheldon yang masyur itu). Selebihnya, saya mengenal Tere Liye dari banyaknya qoute yang sering dipakai sebagai caption para pengguna aktif media sosial. Mereka selalu mengutip satu dua penggal kalimat dari tulisan Tere Liye (barangkali tulisan dari bukunya maupun tulisan di akun media sosialnya) sambil tidak lupa meletakkan nama sang penulis di akhir kutipan itu.
Banyaknya quote ini yang kemudian menjadi persoalan. Dalam postingan di facebook itu saya menemukan di kolom komentar sebuah foto screenshoot dari akun bernana Tere Liye. Entahkah itu akun palsu atau tidak, saya kira pembahasan di dalamnya menjadi sangat menarik. Akun itu sepertinya tidak bisa menerima kenyataan bahwa semakin banyak orang yang mengambil tulisannya sebagai caption di foto-foto mereka. Postingan itu sudah terjadi beberapa hari yang lalu tetapi saya tertarik untuk menulis tanggapan sederhana atasnya.  Berikut postingan itu:





           Pemilik akun Tere Liye barangkali kecewa karena ia tidak pernah memasang foto dirinya bersama dengan penggal kalimat yang ditulisnya sendiri tetapi banyak orang lain justru memasang fotonya dengan berbagai pose, disertai tulisan yang dihasilkan Tere Liye. Tetapi, bisa jadi ini adalah sebuah lelucon kecil karena pemilik akun Tere Liye sepertinya tidak paham hukum tidak tertulis yang berlaku di dunia media sosial. Semua tulisa itu dipublikasikan di media sosial dan semua orang bisa membaca bahkan mengambilnya dengan sangat mudah. Mestinya ia bersyukur karena para peminjam quote itu masih mencantumkan namanya di setiap postingan mereka. Mereka bisa saja tidak mencantumkan nama penulis,atau mereka bahkan bisa saja mencantumkan nama mereka sendiri. Saya kira akan lebih menyakitkan ketika tulisan kita diambil orang lalu diakui sebagai tulisan mereka, daripada tulisan kita diambil orang lalu dipublikasikan tanpa melupakan nama kita yang sudah menulis.
            Mungkin pemilik akun Tere Liye kecewa karena foto-foto yang disertai berbagai qoute-nya itu bukan foto yang menarik. Atau bahkan terkesan sangat buruk dan tidak sesuai dengan keindahan quote yang menyertainya. Bagi saya, sepanjang itu bukan foto (maaf) telanjang atau mengandung unsur yang menyinggung SARA atau PORNO, itu bukan sebuah soal besar yang mesti membuat pemilik akun Tere Liye harus melarang para penggemarnya (kalau bukan penggemar tentu dia tidak akan mengutip tulisan Tere Liye) menggunakan tulisannya. Saya kira, ada banyak penulis lain yang hanya bisa gigit jari dan sakit hati ketika tulisan mereka diambil tanpa izin lalu dipublikasikan tanpa menyertakan namanya.
            Seorang penulis mestinya sadar bahwa karyanya tidak akan berarti sama sekali tanpa kehadiran pembaca. Apa gunanya menulis kalau tulisan itu tidak dibaca? Apa gunanya menulis kalau tulisan itu kemudian tidak membawa pengaruh apapun? Pembaca-lah yang memberi arti kepada sebuah tulisan. Setelah sebuah karya terbit, dalam arti tertentu seorang penulis sudah mati (banyak diskusi panjang yang terus terjadi berkenaan dengan pandangan Barthes ini). Ia memberi ruang yang luas kepada pembaca untuk menafsirkan apa yang disampaikan dalam tulisan itu. Meski dalam titik tertentu penulis tetap bertanggung jawab atas tulisannya, toh tafsiran pembaca juga memiliki ruang tanggung jawab tersendiri. Para selebgram, ataupun penikmat media sosial berhak menafsir tulisan-tulisan milik akun Tere Liye dengan menempatkan satu dua penggal kalimat (plus nama Tere Liye di akhir kutipan) untuk menggambarkan cerita yang terungkap dalam foto mereka. Ah, rupanya pemilik akun Tere Liye belum cukup siap menjadi penulis yang menginspirasi.         

            *silahkan share atau repost tulisan ini. Saya tidak melarang! hehehehehehe
            **yang tersinggung dengan tulisan ini,unlike saja page ini! Tidak ada yang menyuruh Anda bergabung. heheheheheh


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KINI KAMI BERDOA DI ATAS TANAH INI (Sebuah asal omong)

SUMENEP DAN CERITA KETIKA HUJAN JATUH LAGI (Sebuah Asal Omong)

SEJENAK MENDOAKAN MEREKA YANG TERLUPAKAN (Sebuah catatan sederhana tentang para ODHA)