RENUNGAN MINGGU BIASA XXXI: BUKA TOPENGMU!
MINGGU, 05 NOVEMBER 2017
Bertahun-tahun
yang lalu (saya tidak ingat lagi tahun yang pasti), grup band Peterpan mempopulerkan sebuah lagu
berjudul Topeng. Pada salah satu bagian dari lagu tersebut, terungkap syair
yang mengatakan demikian, “...buka dulu
topengmu, biar kulihat warnamu...”. Syair ini barangkali sangat sederhana.
Akan tetapi, kalau didengarkan kemudian direnungkan lebih jauh, ada kekuatan
makna yang sangat dalam. Betapa tidak, syair ini menuturkan bahwa sesungguhnya
yang dibutuhkan saat ini adalah keberanian seseorang untuk menunjukkan jati
dirinya yang asli. Orang harus mampu menunjukkan dirinya yang sesungguhnya dan
bukan menunjukkan dirinya di balik topeng tertentu.
Ujaran
yang terungkap dalam syair lagu Topeng itu, sejalan dengan refleksi yang
ditawarkan Matius kepada kita lewat kisah Injil yang ditulisnya pada hari ini.
Tuhan Yesus menegaskan tentang sebuah hal sederhana yang seringkali luput dari
perhatian. Ia mengkritik orang-orang Farisi dan para ahli Taurat yang
senantiasa bersembunyi di balik status sosial mereka. Mereka memakai tali
sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang, suka duduk di tempat terhormat
dalam perjamuan dan di rumah ibadat, suka dihormati dan dipanggil Rabi, serta
senantiasa mengajarkan kebaikan kepada orang banyak. Sayangnya, semua hal itu
hanya untuk menyembunyikan hal-hal buruk yang hidup di dalam diri mereka yang
sesungguhnya. Mereka mengajarkan semua kebaikan, tetapi mereka tidak
melaksanakan kebaikan yang mereka ajarkan itu. Bahkan Yesus menegaskan bahwa
mereka mengikat beban dan meletakkannya di atas bahu orang lain, tetapi mereka
sendiri tidak sedikitpun menyentuhnya. Inilah yang menegaskan bahwa orang-orang
Farisi dan para ahli Taurat adalah manusia bertopeng.
Pertanyaan
sekarang adalah, apakah kita juga termasuk manusia bertopeng? Tidak jarang kita
melakukan kebaikan dan laku kesalehan selama hidup kita. Tetapi, apakah semua
yang kita lakukan itu sungguh berasal dari dalam hati kita ataukan itu hanyalah
topeng yang menyembunyikan kebobrokan dan niat jahat yang bertumbuh dalam hidup
kita? Salah satu contoh sederhana bisa saya utarakan di sini. Saya menulis
refleksi ini ketika di depan pastoran tempat saya bertugas sedang dilaksanakan
operasi tertib lalu lintas oleh kepolisian. Operasi ini mengingatkan saya akan
beberapa operasi lalu lintas di tempat asal saya. Salah satu kunci lolos dari
pemeriksaan meski tidak membawa surat-surat kendaraan maupun SIM adalah tetap
tampil percaya diri, tidak kelihatan ragu-ragu, dan mengenakan helm standar
serta sepeda motor terlihat lengkap (spion, pelat nomor, dan lain-lain). Saya
beberapa kali memang bisa membuktikan ini (meskipun
ini salah dan tidak pantas ditiru), bahwa yang kelihatan lengkap rupanya
hanya untuk mengelabui petugas kepolisian. Mereka yang terlihat lengkap
dianggap juga memiliki surat kendaraan dan SIM. Memang tidak ada niat jahat
dalam hal ini, tetapi ini salah satu contoh sederhana yang menunjukkan bahwa
kita masih terlalu sering tampil sebagai orang-orang bertopeng.
Marilah,
di pekan-pekan terakhir tahun liturgi A/1 ini, kita belajar untuk menanggalkan
segala bentuk topeng yang kita kenakan. Tuhan ingin kita sungguh menjadi
orang-orang yang terbuka dan apa adanya. Tuhan ingin kita menjadi
manusia-manusia yang jujur dan apa adanya. Dengan segala bentuk kejujuran itu,
kita akan menjadi orang-orang yang “dibesarkan” oleh Tuhan sendiri. Kalau kita
terus bertopeng, Tuhan tidak akan mengenal kita pada akhir zaman ketika Ia
datang dalam kemuliaan-Nya, karena ia menciptakan kita tanpa topeng apapun. BUKALAH TOPENGMU!!!
Komentar
Posting Komentar