RENUNGAN MINGGU BIASA XXXI: BUKA TOPENGMU!

MINGGU, 05 NOVEMBER 2017
INJIL MATIUS 23:1-12
sumber gambar: https://www.radarliliput.blogspot.com

     Bertahun-tahun yang lalu (saya tidak ingat lagi tahun yang pasti), grup band Peterpan mempopulerkan sebuah lagu berjudul Topeng. Pada salah satu bagian dari lagu tersebut, terungkap syair yang mengatakan demikian, “...buka dulu topengmu, biar kulihat warnamu...”. Syair ini barangkali sangat sederhana. Akan tetapi, kalau didengarkan kemudian direnungkan lebih jauh, ada kekuatan makna yang sangat dalam. Betapa tidak, syair ini menuturkan bahwa sesungguhnya yang dibutuhkan saat ini adalah keberanian seseorang untuk menunjukkan jati dirinya yang asli. Orang harus mampu menunjukkan dirinya yang sesungguhnya dan bukan menunjukkan dirinya di balik topeng tertentu.
     Ujaran yang terungkap dalam syair lagu Topeng itu, sejalan dengan refleksi yang ditawarkan Matius kepada kita lewat kisah Injil yang ditulisnya pada hari ini. Tuhan Yesus menegaskan tentang sebuah hal sederhana yang seringkali luput dari perhatian. Ia mengkritik orang-orang Farisi dan para ahli Taurat yang senantiasa bersembunyi di balik status sosial mereka. Mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang, suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di rumah ibadat, suka dihormati dan dipanggil Rabi, serta senantiasa mengajarkan kebaikan kepada orang banyak. Sayangnya, semua hal itu hanya untuk menyembunyikan hal-hal buruk yang hidup di dalam diri mereka yang sesungguhnya. Mereka mengajarkan semua kebaikan, tetapi mereka tidak melaksanakan kebaikan yang mereka ajarkan itu. Bahkan Yesus menegaskan bahwa mereka mengikat beban dan meletakkannya di atas bahu orang lain, tetapi mereka sendiri tidak sedikitpun menyentuhnya. Inilah yang menegaskan bahwa orang-orang Farisi dan para ahli Taurat adalah manusia bertopeng.
     Pertanyaan sekarang adalah, apakah kita juga termasuk manusia bertopeng? Tidak jarang kita melakukan kebaikan dan laku kesalehan selama hidup kita. Tetapi, apakah semua yang kita lakukan itu sungguh berasal dari dalam hati kita ataukan itu hanyalah topeng yang menyembunyikan kebobrokan dan niat jahat yang bertumbuh dalam hidup kita? Salah satu contoh sederhana bisa saya utarakan di sini. Saya menulis refleksi ini ketika di depan pastoran tempat saya bertugas sedang dilaksanakan operasi tertib lalu lintas oleh kepolisian. Operasi ini mengingatkan saya akan beberapa operasi lalu lintas di tempat asal saya. Salah satu kunci lolos dari pemeriksaan meski tidak membawa surat-surat kendaraan maupun SIM adalah tetap tampil percaya diri, tidak kelihatan ragu-ragu, dan mengenakan helm standar serta sepeda motor terlihat lengkap (spion, pelat nomor, dan lain-lain). Saya beberapa kali memang bisa membuktikan ini (meskipun ini salah dan tidak pantas ditiru), bahwa yang kelihatan lengkap rupanya hanya untuk mengelabui petugas kepolisian. Mereka yang terlihat lengkap dianggap juga memiliki surat kendaraan dan SIM. Memang tidak ada niat jahat dalam hal ini, tetapi ini salah satu contoh sederhana yang menunjukkan bahwa kita masih terlalu sering tampil sebagai orang-orang bertopeng.
     Marilah, di pekan-pekan terakhir tahun liturgi A/1 ini, kita belajar untuk menanggalkan segala bentuk topeng yang kita kenakan. Tuhan ingin kita sungguh menjadi orang-orang yang terbuka dan apa adanya. Tuhan ingin kita menjadi manusia-manusia yang jujur dan apa adanya. Dengan segala bentuk kejujuran itu, kita akan menjadi orang-orang yang “dibesarkan” oleh Tuhan sendiri. Kalau kita terus bertopeng, Tuhan tidak akan mengenal kita pada akhir zaman ketika Ia datang dalam kemuliaan-Nya, karena ia menciptakan kita tanpa topeng apapun. BUKALAH TOPENGMU!!!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KINI KAMI BERDOA DI ATAS TANAH INI (Sebuah asal omong)

SUMENEP DAN CERITA KETIKA HUJAN JATUH LAGI (Sebuah Asal Omong)

SEJENAK MENDOAKAN MEREKA YANG TERLUPAKAN (Sebuah catatan sederhana tentang para ODHA)