HARI MINGGU BIASA XXVIII: "MENJADI TAMU UNDANGAN"
MINGGU, 15 OKTOBER 2017
INJIL
MATIUS 22:1-14
"Selalu ada pakaian khusus yang dikenakan kalau hendak ke Gereja" (doc. pribadi) |
Bacaan
Injil pada hari ini, membuat saya teringat dua pengalaman ketika akan pergi ke
Gereja. Pada waktu saya masih seorang anak kecil, saya selalu diingatkan untuk
mengenakan “pakaian Gereja”. Itu sebutan paling khas yang selalu diungkapkan
oleh para orangtua. Yang dimaksudkan dengan “pakaian Gereja” adalah pakaian
yang hanya dipakai kalau akan mengikuti perayaan ekaristi di Gereja. Alhasil
ada banyak istilah; ‘sepatu Gereja’, ‘sendal Gereja, ‘baju Gereja’, ‘celana
Gereja’, dan seterusnya. Tentunya ini kemudian membuat seseorang akan dianggap
asing kalau datang ke Gereja mengenakan kaos oblong atau celana jeans maupun
celana pendek. Saya ingat seorang pelancong dari Eropa menjadi buah tutur dan
sumber kegaduhan di Gereja karena pakaian yang dikenakannya dianggap bukan ‘pakaian
Gereja’.
Kisah
Injil hari ini bagi saya merupakan sebuah refleksi yang amat dalam; bukan hanya
soal datang ke pesta harus berpakaian pesta. Keseluruhan kisah memang
menampilkan perumpamaan tentang seorang Raja yang membuat perjamuan nikah dan
(sepertinya terpaksa) mengundang banyak orang lain karena mereka yang diundang
memilih tidak hadir karena kesibukan pribadi mereka. Di sanalah kemudian datang
seorang yang tidak berpakaian pesta. Tentu saja ia menjadi batu sandungan dan
harus diusir dari perjamuan nikah dimaksud. Refleksinya menjadi mendalam karena
bukan tidak mungkin sebenarnya Yesus menyindir kita sekalian yang hidup di
zaman ini agar bisa melihat diri kita masing-masing.
Sebagai
orang Kristen, kita menyadari bahwa Tuhan memanggil kita untuk mengambil bagian
dalam perjamuan-Nya. Ia tidak membeda-bedakan kita. Kita semua dipanggil tanpa
kecuali. Namun, kita mesti menyadari dengan sungguh bahwa kita hanyalah tamu
undangan dan bukan menjadi tuan pesta. Kita dipanggil menjadi tamu artinya kita
dipangil untuk menikmati apa yang sudah Tuhan siapkan untuk kita. pertanyaannya
adalah apakah kita sudah benar-benar menyiapkan diri kita untuk menjadi tamu
undangan yang baik. Pakaian pesta adalah simbol martabat pribadi kita. kita
mesti datang dengan mengenakan pakaian pesta yakni pakaian perdamaian, pakaian
kasih, pakaian syukur, pakaian murah hati, pakaian kesabaran, pakaian
kesetiaan, pakaian kebajikan, pakaian kebaikan, dan seterusnya. Inilah yang akan
membuat kita sungguh layak mengambil bagian dalam perjamuan tersebut. Jika tidak
maka bukan tidak mungkin Tuhan akan mengusir kita dari ruang perjamuan itu.
kita akan diasingkan karena perbuatan kita sendiri.
Oleh karena itu, marilah kita belajar untuk menjadi semakin
dewasa dalam hidup beriman yakni dengan berusaha semakin tahu diri bahwa kita
adalah undangan yang mestinya berpakaian pesta. Marilah, kita belajar dari
perumpamaan yang disampaikan tadi agar kita tidak menjadi salah satu yang
diusir dari perjamuan Tuhan, tetapi justru kita menjadi tamu yang benar-benar
diperlakukan dengan sangat layak oleh Tuhan. Mari kita berjuang untuk semua
itu. AMIN.
Komentar
Posting Komentar