HARI MINGGU BIASA XXIX: BERIMAN DAN BERNEGARA


MINGGU, 22 OKTOBER 2017
INJIL MATIUS 22: 15-21

(foto: doc pribadi)


     “Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada-Nya”. Ujaran ini tentu saja sudah sangat sering terdengar. Bahkan bukan tidak mungkin ada di antara kita yang sudah bosan mendengar kalimat ini diulang-ulang. Ungkapan ini selalu menarik untuk direnungkan karena persoalan antara agama dan negara, hidup beriman dan hidup bernegara menjadi soal yang sangat sensitif akhir-akhir ini di tengah kehidupan bangsa Indonesia. Melalui sabda-Nya itu sebenarnya Tuhan Yesus menginginkan agar kita semua menyadari kembali identitas diri kita masing-masing. Sebagai warga negara Indonesia, kita punya kewajiban hidup bernegara yang harus kita jalankan sesuai amanat Undang-Undang Dasar negara kita. Tetapi di titik lainnya, kita juga tak boleh lupa bahwa kita adalah seorang pengikut Kristus yang harus menjalani hidup sesuai dengan hukum yang Tuhan sendiri gariskan bagi kita.
     Identitas kita sebagai seorang Katolik (yang mengimani Kristus) mesti sungguh kita tunjukkan dalam hidup kita setiap hari. Sebagai warga negara kita punya kewajiban dan hak tertentu yang tidak bisa kita campuraduk-kan begitu saja dengan identitas keberimanan kita. kalau itu yang terjadi maka apalah artinya kita beriman? Tentu hidup kita menjadi sangat kacau karena kita mencampuraduk-kan dua hal yang sebenarnya memiliki ciri khas tersendiri. “Ruang hidup bernegara” tidak bisa serta merta dipakai sebagai “ruang hidup beriman”. Keduanya punya ruang masing-masing yang harus digunakan sebagaimana mestinya.
     Saya kira beberapa peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini di tengah bangsa kita mesti semakin menjadi bahan pelajaran berharga buat kita untuk sungguh memisahkan antara hidup bernegara dan hidup beriman. Saya ingat salah seorang pengamat politik (saya lupa siapa namamya) dalam salah satu wawancara di sebuah stasiun televisi menegaskan bahwa isu agama adalah isu paling sensitif yang bisa dipakai untuk merusak kedamaian bangsa kita. Maka, sebagai orang Katolik kita mesti sungguh mampu membawa damai dan cinta kasih di tengah segala pergolakan yang masih saja terjadi. Tuhan mengajarkan kita untuk berdamai dengan siapapun, sehingga seorang Katolik yang baik (mestinya juga) adalah seorang warga negara yang baik. Ingat, kita 100% Katolik dan 100%  Indonesia.

AMIN.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KINI KAMI BERDOA DI ATAS TANAH INI (Sebuah asal omong)

SUMENEP DAN CERITA KETIKA HUJAN JATUH LAGI (Sebuah Asal Omong)

SEJENAK MENDOAKAN MEREKA YANG TERLUPAKAN (Sebuah catatan sederhana tentang para ODHA)